Rabu, 27 Juli 2011

Tata Cara Melakukan Niat Puasa Ramadhan


مَرْحَبَاً يَا شَهْرَ رَمَضَانْ مَرْحَبَاً شَهْرَ الْعِبَادَةْ
مَرْحَبَاً يَا شَهْرَ رَمَضَانْ مَرْحَبَاً شَهْرَ السَّعَادَةْ
Alhamdulillah bulan ramadhan akan segera tiba tidak lama lagi. Selamat datang wahai Ramadhan, selamat datang wahai bulan Ibadah, Selamat datang wahai Ramadhan, selamat datang wahai bulan kebahagiaan.
Ada hal yang perlu diperhatikan dalam menyambut puasa ramadhan, salah satunya mengenai rukun puasa yang pertama yaitu Niat.

Unsur / kriteria apa saja yang harus dipenuhi dalam niat?
1.      Bermaksud mengerjakan puasa, yang masuk kategori; Qosdul Fi’li.
2.      Menyatakan puasa apa yang akan dikerjakan, misalnya puasa Ramadhan, puasa kaffarah, puasa nadzar dan lain sebagainya. Dimana hal ini masuk ketegori Atta’yin.
3.      Adapun yang menyempurnakan adalah menegaskan fardhu atau sunnahnya puasa yang akan dikerjakan, yang masuk dalam ketegori ; Atta’arrudh. Lantas, menegaskan bahwa puasa yang akan dikerjakannya itu semata-mata karena Allah SWT.
Para imam yang terkenal telah bersepakat atas kewajiban niat pada puasa Ramadhan, karena puasa Ramadhan itu tidak sah kecuali dengan niat. Menurut Imam Malik, Syafi’i dan Hambali, niat itu harus diletakkan pada malam hari, berbeda dengan Imam Hanafi.
Rasulullah saw bersabda :
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ النِّيَّةَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ.
Barangsiapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka sama sekali tidaklah puasa itu sah baginya”. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majjah, dari hafshah)
Hadits yang di atas menegaskan bahwa tidak sah puasa seseorang dengan niat pada saat fajar terbit, apalagi sesudahnya.
Lain halnya puasa sunnah, waktu berniat tidak harus malam hari, tapi bisa dilakukan setelah terbit fajar sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu Dzuhur) dengan syarat ia belum makan/minum sedikitpun sejak Subuh. Bahkan ulama mazhab Hambali, untuk puasa sunnah, membolehkan berniat setelah waktu Dzuhur.
Para imam madzhab berbeda pendapat mengenai waktu niat.
Untuk lebih detailnya, marilah kita ikuti berbagai pendapat berikut ini:
1.   Pendapat mazhab Hanafiyah : Lebih baik bila niat puasa (apa saja) dilakukan bersamaan dengan terbitnya fajar, karena saat terbit fajar merupakan awal ibadah. Jika dilaksanakan setelah terbitnya fajar, untuk semua jenis puasa wajib yang sifatnya menjadi tanggungan/hutang (seperti puasa qadla, puasa kafarat, puasa karena telah melakukan haji tamattu’ dan qiran –sebagai gantinya denda/dam, dll) maka tidak sah puasanya.
Karena, menurut mazhab ini, puasa-puasa jenis ini niatnya harus dilakukan pada malam hari. Tapi lain dengan puasa wajib yang hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, seperti puasa Ramadhan, nadzar, dan puasa-puasa sunnah yang tidak dikerjakan dengan sempurna, maka boleh saja niatnya dilakukan setelah fajar sampai sebelum Dhuhur.
2.    Mazhab Malikiyah : Niat dianggap sah, untuk semua jenis puasa, bila dilakukan pada malam hari atau bersamaan dengan terbitnya fajar. Adapun apabila seseorang berniat sebelum terbenamnya matahari pada hari sebelumnya atau berniat sebelum tergelincirnya matahari pada hari ia berpuasa maka puasanya tidak sah walaupun puasa sunnah.
3.   Mazhab Syafi’iyah : Untuk semua jenis puasa wajib (baik yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti puasa Ramadlan; yang sifatnya menjadi tanggungan seperti qadla’, nazar, kafarat, dll.) niat harus dilakukan pada malam hari. Adapun puasa sunnnah, niat bisa dilakukan sejak malam hari sampai sebelum tergelincirnya matahari. Karena Nabi Muhammad SAW. suatu hari berkata pada ‘Aisyah: ‘Apakah kamu mempunyai makanan?’. Jawab ‘Aisyah: ‘Tidak punya’. Kemudian Nabi berkata: ‘Kalau begitu aku puasa’. Lantas ‘Aisyah mengisahkan bahwa Nabi pada hari yang lain berkata kepadanya: ‘Adakah sesuatu yang bisa dimakan?’. Jawab ‘Aisyah: ‘Ada’. Lantas Nabi berkata: ‘Kalau begitu saya tak berpuasa, meskipun saya telah berniat puasa’.
4.      Mazhab Hambaliyah : Tidak berbeda dari Syafi’iyah, mazhab ini mengharuskan niat dilakukan pada malam hari, untuk semua jenis puasa wajib. Adapun puasa sunnah, berbeda dari Syafi’iyah, niat bisa dilakukan walaupun telah lewat waktu Dhuhur (dengan syarat belum makan/minum sedikitpun sejak fajar).

Lalu bagaimana jika kita lupa berniat puasa Ramadhan?
Solusi untuk masalah tesebut adalah, kita diperbolehkan menggunakan niat puasa sebulan penuh milik Madzab Maliki dimana pendapat itu didasarkan pada penilaian bahwa puasa bulan Ramadhan itu adalah sebuah kesatuan, tidak terpecah-pecah, sehingga layak disebut sebagai satu bentuk ibadah, dalam artian antara malam hari yang boleh makan minum dengan siang hari yang harus berpuasa, sudah merupakan suatau gabungan ibadah puasa. Dan juga kebiasaan dari manusia kalau manusia itu tempat salah dan lupa, kadang ada yang bertanya: Kalau kita lupa niat, bagaimana hukumnya? Untuk menghindari dari permasalahan tersebut (Ingat! Puasa tanpa niat, tidak sah, wajib imsak artinya tetap seperti orang puasa sampai maghrib dan wajib diqodlo) maka Insya Allah di bawah ini akan dijelaskan bagaimana cara agar kita tercegah dari kelupaan dalam niat, dan untuk diterima atau tidaknya itu hanyalah urusan dari Allah Azza Wa Jalla.

**Dan untuk masalah niat puasa maka kita diperbolehkan menggunakan niat puasa sebulan penuh milik Imam Anas bin Malik (Imam Maliki). Kita menggunakan niat beliau semata-mata hanya untuk mencegah kelupaan atau jika kita lupa niat puasa pada malam harinya maka puasa kita masih sah. Tapi tidak semata-mata dengan melafadzkan niat Imam Malik yang sebulan penuh itu kita tidak niat lagi tiap malam. Kita tetap niat pada tiap malam harinya.
Niat Puasa Imam Malik
نويت صوم غد عن أداﺀ فرض شهر رمضان كله هذه السنة لله تعالى
Nawaytu Shauma Ghadin ‘An ‘Adaa’i Fardhi Syahri Ramadhaani Kullihi Hadzihis Sanati Lillahi Ta’ala (saya berniat puasa esok hari dibulan ramadhan seluruhnya pada tahun ini karena Allah Ta’ala)
Lafadzkan niat puasa di atas pada malam pertama dibulan ramadhan, atau saat selesai shalat tarawih malam pertama.
Niat Puasa Imam Syafi’i
نويت صوم غد عن أداﺀ فرض شهر رمضان هذه السنة لله تعالى
Nawaytu Shauma Ghadin ‘An ‘Adaa’i Fardhi Syahri Ramadhaani Hadzihis Sanati Lillahi Ta’ala (saya berniat puasa esok hari dibulan romadhon pada tahun ini karena Allah Ta’ala)
Dan lafadzkan niat di atas pada setiap malam dibulan ramadhan setelah selesai sholat tarawih atau ingin melaksanakan tidur malam atau sehabis sahur sebelum imsak. Semoga bermanfaat dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang hampir tiba. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata. Tak lupa alfaqir pun mengucapkan Mohon Maaf Lahir Batin.
Wallahu a’lam bishshowab.
**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar